Monday, March 16, 2015

[Sharing] How I manage my breastmilk


 Assalamu'alaikum daydreamers <3

Haduuuuh gila ya. Gue lama-lama meragukan kemampuan gue nulis blog lagi kalo begini seretnya ide-ide untuk topik apa yang bisa gue posting di blog. Padahal sebenarnya ilhamnya banyak sih dari mana-mana. Kayanya emang masalahnya di gue deh, yang udah moody-an banget buat nulis. Atau salahnya di Instagram dan Path, karena sekarang gue lebih suka update di dua socmed itu. Lebih simple, praktis, gak ribet, hehehe....

Bae'laaaah bae'laaah, masalahnya emang di gue. Gue PEMALAS sejak beranak-pinak. Admit defeat.

Eniwey, topik soal ASI ini emang udah sejak lama pengen gue bahas di blog, since so many of my socmed friends have been asking me of how I manage my breastmilk till I need 2 freezers to store them all. Alhamdulillahi rabbil aalamiin... Puji syukur kepada Allah, hanya karena ijin-Nya ASI gue bisa berlimpah untuk Andri. The opposite story with my first child - Rayyan.

Waktu melahirkan Rayyan, walaupun akhirnya sukses menyusui dia sampai 2 tahun, struggle gue untuk bisa memberikan ASI ke si kriwil sungguh luar biasa. Mulai dari menyerah kepada sufor selama 2 minggu, konsul ke Counselor Laktasi sampe sempet kepikiran untuk cari donor ASI via milis AsiForBaby. Entah karena faktor apa pastinya, tapi setengahnya gue yakin karena ketidaktahuan, emosi yang tidak stabil dan ketidakpercayaan diri. I was a newbie in the jungle called 'motherhood'. Almarhum mama yang walaupun seorang bidan, tapi dulunya bukan militan ASI (yes, gue semasa kecil anak campuran ASI-Sufor), Papa bukan tipe yang ngurus soal begitu-begituan, suami juga masih buta soal per-ASI-an. Jadilah gue berada di lingkungan yang bukan 'keluarga ASI'. Tapi untuk Andri, berbekal pengalaman waktu meng-ASI Rayyan, Alhamdulillah manajemen ASI gue udah jauh lebih baik. Emosi terjaga, kepercayaan diri (dalam memberikan ASI ke anak) stabil dan lingkungan keluarga pun sudah lebih aware akan pentingnya mendukung busui untuk terus konsisten meng-ASI anak mereka sampai 2 tahun.

Let's get back to the main topic. Sebenernya gue gak gape untuk kasih 'pelajaran', 'lesson' atau whatever that name is. Bukan jiwa pengajar, hehehe... Jadi mungkin gue tulis dalam bentuk sharing aja ya, dan silakan teman-teman ambil pelajaran positif yang bisa di adaptasi untuk kelancaran proses meng-ASI nya, baik yang SAHM (Stay At Home Mom) & WM (Working Mom). Menurut gue, baik SAHM dan WM perlu untuk punya stok ASIP. Kalau untuk WM, jelas ya stok ASIP itu wajib hukumnya, karena kan kita bekerja. Tapi untuk SAHM, menyetok ASI juga hukumnya fardhu 'ain (hehehe), karena kan kita gak pernah tahu kondisi kedepannya. Mungkin akan ada saat dimana kita harus meninggalkan bayi kita dalam waktu yang cukup lama misalnya, atau kalau (ketok-ketok meja) kita sakit yang lumayan parah dan perlu perawatan intensif di rumah sakit, otomatis kita gak bisa menyusui anak kita. Nah disitulah stok ASIP berguna, for urgent situation. Jadi salah banget kalo ada yang menganggap SAHM ngga perlu nyetok ASIP. Okay, back to topic!

Dimulai dari hari kedua setelah gue melahirkan Andri. 24 jam setelah operasi caesar kan kita udah diperbolehkan berdiri, jalan, mandi eksetera-eksetera ya. Nah, saat itu gue udah mulai siap sedia botol susu kosong untuk merah ASI. Di dalam tas persiapan labor gue, gue membawa kurang lebih 6 botol untuk stok pertama ASIP gue selama di rumah sakit. Belajar dari pengalaman melahirkan Rayyan yang dimana dia harus di blue light selama 24 jam karena bilirubinnya tinggi dan gue belum ada stok ASIP, akhirnya 24 jam setelah melahirkan Andri gue langsung mulai memerah ASI dirumah sakit - yang untungnya sangat berguna, karena ternyata Andri pun juga harus di blue light selama 24 jam. Selama di blue light kan kita gak boleh menyusui langsung si anak agar proses blue light berjalan dengan efektif, jadi kita harus siap2 perah ASI untuk diberikan ke si baby selama dia di blue light. Yaps, you have to start something to achive something. Goal gue adalah supaya ASI gue berlimpah untuk Andri, dan gue tau gue harus mulai secepatnya untuk bisa achieve itu. Rumus ASI itu sebenarnya simple; produce by demand: Means the more you pump your breastmilk / latch your baby (demand), the more milk will be produced. Dan itu benar adanya, terbukti sangat-sangat efektif untuk kasus gue. Terhitung sejak pertama gue melahirkan sampai detik ini, gue selalu memerah ASI setiap 3 - 4 jam sekali. Sangat jarang kedodoran sampai jeda lebih dari 4 jam, kecuali ada kondisi-kondisi tertentu.



Semua pasti awalnya sulit, I know. I've been there. Susah sekali me-manage untuk bisa memerah setiap 4 jam sekali berbarengan dengan menyusui langsung si anak. Hey, it's not impossible, though. Selama kemauan kita kuat. Rahasianya adalah, dalam sehari gue menyusui Andri di 1 payudara, sedangkan payudara lain khusus untuk diperah. Keesokan harinya gantian, payudara yang sebelumnya untuk memerah berganti untuk disusui. Begitu seterusnya, sampe sekarang. Banyak mommies yang bilang bayi cowo & cewe beda, bayi cowo biasanya minum ASI lebih banyak dari bayi cewe. Somehow, gue setuju dengan ini, walau gue gak bisa menjelaskan secara logis kenapa begitu. Biasanya gue akan selalu keluar dengan statement, "Well, boys like boobies ever since they were born, till they die.", lol! Bener toh gue? hehehe... Eniwey, gue setuju dengan anggapan bahwa baby boy menyusu lebih banyak daripada baby girl karena gue sudah pernah menyusui both sexes. Dan memang Rayyan menyusu lebih kenceng daripada Andri, satu hal juga yang buat manajemen ASI gue ke Rayyan berantakan. Tapi masih bisa di akali kok.

Kayanya gue harus write down "tips and tricks" menyusui-memerah ini supaya lebih gampang dimengerti deh. I don't know if I can do it, but here we go!

  • Menyusuilah kapanpun si baby memintanya dan berhentilah kapanpun si baby kenyang. Jangan pernah memberikan jam-jam khusus untuk menyusui si baby! Satu, itu bisa memicu baby dehidrasi / kekurangan gizi / mudah rewel / tidur ngga nyenyak, yang kedua juga membuat kelenjar-kelenjar penghasil ASI di badan jadi 'malas' produksi susu lagi. Ingat selalu ya rumus ASI kita tadi: produce by demand. Jangan pernah takut ASI kita akan habis! Allah selalu tahu yang Dia lakukan pada ciptaan-Nya. ASI adalah ciptaan-Nya, dan di Qur'an pun sudah ada surat yang ditafsirkan bahwa Ibu harus menyusui anaknya sampai maksimal 2 tahun. Jadi ASI kita (pasti) cukup untuk 2 tahun, Mommies. HE knows what HE'S doing... Don't be afraid, be confident!
  • Dalam sehari, menyusuilah anak di satu payudara (misalnya kanan), dan perah ASI di payudara yang satu lagi (misalnya kiri). Esok harinya gantian, menyusu di PD (payudara) kiri, perah ASI di PD kanan. Begitu terus dan lakukan secara konsisten. Kalau perlu pasang alarm setiap 4 jam sekali - seperti gue, walau tengah malam buta pun gue bela-belain bangun untuk perah ASI. I know it's hard, but it's the art of being a mother, yang suatu hari saat mengenangnya kita akan merasa bangga. It works for me, it might work for you too ^^
  • Kalau seandainya si baby belum puas menyusu di 1 PD (misal: kanan), susui dia di PD yang lain (kiri). Tidak apa-apa kok, tapiiii setelah menyusu tetap di perah ya (PD kirinya). Habiskan sisa-sisa ASI yang ada didalamnya. Setelah itu hitung lagi 4 jam sebelum kita perah lagi. Si baby kembali menyusu di PD kanan (yang pasti sudah terisi ASI lagi).
  • Jangan pernah hitung-hitungan kita dapat berapa ml sekali perah, apalagi membanding-bandingkan dengan busui lain. Satu (mungkin satu-satunya) hal negatif yang gue lihat di milis-milis ASI adalah kadang busui-busui yang ASInya banyak suka 'pamer' berapa banyak ASIP yang mereka dapat untuk sekali perah. Sebenarnya sih gak apa-apa juga, mungkin hal tersebut bisa boost up kepercayaan diri mereka kedepannya. Tapi harus hati-hati juga ya untuk tidak menyinggung atau memerosotkan kepercayaan diri busui lain yang ASI nya belum sebanyak / selancar mereka. Saling memberikan semangat itu yang paling baik deh menurut gue. Jangan jadi busui yang judgmental terhadap busui lain yang ASInya masih seret, masih belum bisa memanage ASIP mereka, etc. Karena keberhasilan menyusui itu 70% nya karena kepercayaan diri dan rasa nyaman dengan lingkungan. Sisanya baru sistem metabolisme tubuh masing-masing.
  • Percaya diri. Selalu ingatkan diri kita sendiri bahwa breastfeeding is a natural thing to every woman. Sama naturalnya dengan hamil & melahirkan. Sesuatu yang pasti bisa kita lakukan. Anggap saja iklan-iklan sufor itu sampah, jangan pernah tergoda ya moms. Good things take time & energy. Gak selamanya yang instan itu enak, kecuali I*domie goreng :D
  • Water intake. water intake and water intake! Sehari, gue bisa menghabiskan 4 - 5 liter air. Yes, sejatinya gue emang freak dengan air putih. Jadi hayooo mommies yang sebelumnya gak doyan minum air putih, sekarang harus giat. Trust me, it helps a lot Sayuran hijau & kacang-kacangan juga membantu. Gue pribadi lebih suka bayam & bok choy daripada katuk, apapun itu selama namanya sayuran hijau pasti membantu. Gue kurang suka kacang-kacangan, jadi biasanya gue beli kacang almond / kacang hijau aja buat cemilan. Oh iya, wheat juga bagus.
  • Untuk suplemen / minuman / makanan penambah ASI macam pil, herbal tea, fenugreek sampe yeast, sebenernya kalo untuk gue sih gak ngaruh ya. Jaman menyusui Rayyan gue udah beli Mol*cco & fenugreek tea tapi gak ngefek apa-apa tuh. Tapiiiii, kalau memang dengan mengonsumsi merk-merk tersebut bisa memberikan sugesti yang mampu meningkatkan kepercayaan diri mommies, sok atuh di konsumsi. Errr.. Gue kurang menyarankan yeast ya tapi, itu ragi soalnya. Kalau dari sudut pandang Islam kan kayanya ngga disarankan ya mengonsumsi ragi apalagi dalam jumlah yang banyak.
  • Kalau berada di lingkungan keluarga yang buta soal per-ASI-an, segeralah lakukan sesuatu. Yang gue lakukan waktu itu adalah ikut milis ASI (ASI For Baby) dan print semua artikel-artikel tentang ASI dan gue minta suami, mama-papa sampe nanny untuk baca. At least kalo mereka ngga baca semuanya, kita yang harus bawel infoin seputar laktasi ke mereka, minimal sampai mereka paham bahwa ASI itu sifatnya natural, bahwa semua Ibu pasti bisa menyusui selama didukung keluarga dan gak boleh gampang menyerang dengan yang namanya sufor. Jadikan keluarga kalian keluarga ASI.
  • Minta dukungan suami, salah satunya dengan membelikan / menyewakan kita freezer khusus penyimpan ASI & wadahnya. Freezer ASI ada 2 jenis, yang satu freezer normal (seperti kulkas biasa, hanya khusus untuk freezer), yang 1 lagi deep freezer (yang biasanya di mini market buat menyimpan ice cream / nugget dkk-nya). Kebetulan gue punya 22nya, yang 1 gue beli second dari temen, yang 1 sewa disini (100 ribu saja per/bulan. Listrik cuma 100-120 watt). Untuk wadah menyimpan ASI ada 2; botol kaca UC & plastik ASI (khusus buat gue ada 3, satu lagi plastik polietilen (plastik gula) yang bahannya tebal & bagus. Tahan kok buat di suhu below 0' C). Masing-masing wadah ada kelebihan & kekurangannya. Botol: Kelebihannya bisa dipakai berulang kali. Harganya relatif terjangkau (kalo botol baru per/box nya bisa 60ribu isi 8-12. Kalau botol rekondisi lebih murah, per/botol cuma sekitar 3000-an), kelemahannya: Makan space agak boros di freezer & kalau kepenuhan isinya, biasanya ASIPnya bakal memuai terus botolnya pecah. Plastik ASI: Kelebihannya gak makan space banyak, harga perbungkusnya lebih murah daripada botol UC yang baru (Merk Natur antara 36 - 40ribu isi 30. Merk Gabag kurang lebih harganya sama), kelemahannya lebih gampang bocor kalau kondisi plastiknya gak bagus dan cuma bisa sekali pakai.
(Kiri) Deep freezer yang gue sewa, (Kanan) freezer ASI yang gue beli
  • ASI lebih baik diperah pakai tangan melalui teknik marmet (Googling it, please). Kalau belum bisa, belajar! Seriously, breast pump itu kurang baik kalau dipakai terus-terusan di PD kita. Kalau dengan teknik marmet, yang kita pencet adalah aerola PD (bagian coklat di sekitar nipple), tempat si ASI berkumpul. Kalau breast pump menarik nipple, udah sakit, gak bagus juga karena lebih berpotensi bikin nipple luka, lecet dan breast pump tidak bisa sepenuhnya mengosongkan PD. Coba di tes, setelah perah pakai breast pump dan ASInya (sepertinya) gak keluar lagi, coba pencet aerola pakai jari. Dijamin ASI-nya masih keluar. Teknik marmet menjamin kita bisa kosongin PD kita, dan balik lagi ke rumus awal. Saat si kelenjar penghasil ASI 'tahu' bahwa kita 'membutuhkan' banyak ASI sampai bisa ngosongin PD, mereka akan mulai bekerja menghasilkan sebanyak yang kita ambil. Something you will hardly get if you use breastpump.
  • Posisi latch on si bayi berperan penting bagi keberlangsungan menyusui. Biasanya, luka & lecet di nipple itu sebagian besar adalah efek dari posisi latch on yang salah. Posisi latch on yang benar adalah dagu bayi menempel ke PD, bibir atas dan bibir bawah bayi ada diluar (ngga mendelep didalam), dan si bayi menghisap aerola PD kita, bukan puting! (see the pic below)
  • Pergi kemanapun, selalu bawa apron / nursing cover, cooler bag dengan ice bag yang beku & minimal 2 botol kosong untuk memerah. Stay consistent.
  • Pilih tempat yang nyaman untuk memerah ASI. Ini lagi nih sebab kesusahan gue kasih ASI ke Rayyan. Jaman gue menyusui Rayyan, kantor gue belum menyediakan nursery room. Jadi gue terpaksa (dengan berat hati) pumping di rest room! Yes, can you imagine that? Preparing my baby's meals in the place where people throw 'garbage'. But I had no choice (and no room), so I pumped my milk there for two fucking years (Maaf ya Rayyan, hiks..). But the next time, I protested to the HR staff, telling that every working mother deserves a decent place for them to pump their breastmilk, so we got one - finally. A small meeting room was transformed to be a nursery room. Alhamdulillah... And you deserve it too, Mommies. If you still pump your milk in the improper place, send your complain letter to konseling@aimi-asi.org, they can help you sending request letter to the HR Dept in your office to facilitate all breastfeeding moms a proper, clean private room for them to pump their milk, attached with some law docs regarding the mommies' rights to breastfeed / pump their milk in between working hours. Harus berani, karena itu hak kita!
  • Apalagi yaaa... Aduh, udah buntu :D
Yah, segitu dulu deh ya sharingnya. Masih belum nemu poin penting apalagi yang mau di share, kayanya poin-poin diatas sih udah cukup lengkap ya. Semoga bermanfaat, terutama buat memantapkan niat dalam memberikan ASI ke anak-anak kita. ASI terbukti adalah susu yang paling cocok buat anak kita, bahkan anak dengan keluhan alergi. Ibu yang menyusui lebih terlindungi dari bahaya kanker payudara, anak yang diberikan ASI lebih memiliki imune yang kuat dari berbagai penyakit, dan yang jelas ASI itu gratis dari Allah! Hari gini ya choy, liat price tag di sufor kalengan tuh kayanya pengen nyanyi lagunya Cita Citata sambil nepuk2 dompet gak sih? *saaakitnya tuh disini, didalam dompetku*

Kalau ada pertanyaan, do not hesitate to leave comments below. Oh iya just FYI, sebulan lagi Andri sudah setahun, sedangkan stok ASIP dia masih 2 freezer (Alhamdulillah). Beberapa kali ada teman yang butuh donor ASI tapi anaknya baby boy, terpaksa gue tolak. Kan sesuai ketentuan di agama Islam, harus hati2 sekali kalau mau jadi Ibu sesusuan. Dilihat dulu siapa anak yang mau disusui, agama & jenis kelaminnya. Kalau untuk baby girl muslim & butuh donor ASI, silakan kontak gue ya. Insya Allah masih ada lebihan ASIP yang bisa gue donorkan buat babygirl muslim yang membutuhkan.

Gotta go now. It feels so good to share something with you guys, esp. in the motherhood thingy. Mungkin next sharing gue bakal bicara tentang how to defrost your breastmilk freezer! Sounds okay, rite? ;)

Have a nice Monday, mommies! Bye.

G.

5 comments:

Zilqiah Angraini said...

RIGHT mbak iwedd
aaaaaaahh
memicu semangadku
waktu abangZAM aku kalah
tapi kini aq mau bertekad
nanti kalau adeknya lahir ini insyaAllah
berjuang terussssss...

gothiciwed said...

Ganbatte Qiaaaah! ;)

Lisna Dwi Ardhini said...

Salute! Merasa senasib dan masalah newbie di motherhood thingy itu bener banget, huhuhu. Semoga nanti waktu anak kedua bisa lebih pandai manage. salam kenal mba iwed.

gothiciwed said...

@Mba Lisna: Semangat ya Mba, experience is the best teacher! Yakin aja bahwa menyusui itu natural dan selalu ingat rumus ASI yaa.. Plus konsisten! Good luck ;)

Lisna Dwi Ardhini said...

Iyes sepakat mba iwed. Sekarang anakku sudah 1y6m dan masih ongoing ngASI. Semoga bisa sampai S3. Smangat, smangaaat..