Kau akan menangis untukku
Saat aku menoleh dan menebarkan satu senyuman
Dan saat itu mereka akan datang…
Lalu mengatakan “Sudah waktunya pulang”
Kau akan menangis karenaku
Saat kaki terdengar berat melangkah
Dan diri tak jua sudi berpisah
Wajah basahnya kini menengadah
Dan suara kecil berdesah,
“Kau telah berhasil membuat hatiku terpecah dan terbelah”
Kau akan menangis didepanku
Memungut satu demi satu serpihan duka yang berserakan
Sambil bersenandung lagu kematian yang terdengar sangat jauh serupa lirihan…
“Dan nafasnya tertahan…
Kau meninggalkanku dalam kegelapan
Bersama segumpal daging, darah yang membeku dan tulang belulang
Kau menghilang…
Setan membawamu terbang
Meninggalkanku sendirian, wahai wanita jalang!
Oh, kematian…
Senang rasanya bila saat itu datang”
Kau akan menangis mengenangku
Mandi dalam kubangan darah yang menghitam
Menghirup udara yang tak sama denganku
Dan terus memimpikan malaikat kematian di kala malam
Dengan sayap-sayap patahnya yang kaku
Terdiam dan mendengarmu berseru,
“Kembalikan wanita itu padaku, malaikat jahannam!
Tak perlu kukatakan bahwa dia milikku!”
Kau akan menangis memanggilku
Tak terasa sudut matamu berkerut
Senada lapisan kulit pipimu yang mengeriput
Dan berat tubuhmu yang kian menyusut
Kau menjadi tua dalam nestapa
Pedih tak terperi… Luka tak terkata
Adalah saat dimana aku akan tertawa… Lepas dan bahagia
Kau akan selalu menangisiku
Bergumul dengan penyesalanmu
Sebagai akibat kau sudah menyia-nyiakanku bersama waktu
Selama sisa hidupmu, ternyata…
Kau telah bercumbu dengan Sang Karma.
[Kelapa Gading, 20.01.07
Berbincang hangat dengan hujan yang dingin, sore itu di beranda atas rumah…]
- g -
No comments:
Post a Comment