Sudah lebih dari 45 menit kertas putih itu tergeletak kosong tertimpa sebuah pena hitam tak terjamah. Bahkan aku tak dapat menemukan padanan kata yang lugas untuk membuka tabir itu. Dan bukan bermaksud membuka kembali korengmu yang perlahan mongering dan pelan-pelan menghilang…Aku hanya gamang. Aku mengantuk sementara hatiku berontak, tak kuat mendera beban otot-otot mata yang mulai disfungsi untuk menjaga kornea hitam ini untuk tetap bersinar lantang menyalang. Aku tahu kau pasti sudah tertidur sekarang …Namun takdirmu tak pernah lelap, sayang. Biarkan ia bekerja sesuai dengan apa yang Tuhan kehendaki. Aku hanya gamang, sadar akan keinginan hati yang tak terjangakau oleh tanganku. Aku bukan penjahat, aku hanya ingin membalasmu yang sudah menjahatiku. Aku segalanya, dulu kau percaya itu. Aku masih segalanya, sayang…Kau hanya kurang beruntung dengan tidak diberkahi melihat dan menghayati hal itu. Semoga mimpimu indah, cinta…Mimpikanlah kehidupan tenang dan bahagia yang jarang sekali bekerja sama dengan realita. Bermimpilah, kekasih…Hiduplah dalam mimpimu, karena tak lama lagi takdir akan mulai bekerja dan datang padamu dakam wujud kematian. Cukuplah sudah, aku tak bisa menulis apa-apa lagi. Lebih baik kuputuskan saja selang oksigen penyambung kehidupanmu ini. Dan kemudian…dalam diam mengawasimu mati.
Aku termenung sambil mengawasi mimpi terindahku yang sedang terjadi…
- g -
[sambil mendengarkan lagu "Dendam" by Cokelat]
15.02.07
00.00 am
No comments:
Post a Comment