Manusia itu cepat berubah ya...
Hari Senin terlihat menyenangkan
Hari Selasa bisa jadi orang yang sangat menyebalkan
Manusia itu nggak konsisten
Dulu teriak-teriak anti-kemapanan
Sekarang rusuh minta makan
Manusia itu nggak bisa nyusun prioritas
Kemarin bilang kuliah yang utama
Setelah kerja udah ga peduli lagi sama pendidikannya
Manusia itu suka dusta
Mampu ngasih saran luar biasa bijak untuk sahabatnya
Tapi nggak tahu gimana cara nyelesain masalahnya sendiri
Manusia itu nggak tahu terima kasih
Waktu susah ia mencari-cari orang tuanya
Belum tentu udah senang masih suka nanyain kabar mereka
Manusia itu bermuka dua
Di depan suka memuji-muji temannya
Di belakang dengan puasnya ia mengejek dan menertawakannya
Manusia itu tidak setia
Dulu berikrar bahwa hanya ia yang dia cinta
Sekarang berucap tentang indahnya mendua
Manusia itu sebenarnya jelek
Menerima berjuta-juta pujian dari orang
Namun enggan memberi bahkan sedikit untuk si duava
Manusia itu belum tentu bertuhan
Membangga-banggakan dirinya berTuhan
Namun sampai mati ia meng-agungkan cinta
Manusia...Aku...Kamu...Mereka...Semuanya
*tercenung...merenung*
- Goddess -
*tercenung...merenung*
- Goddess -
15 comments:
Kalau begitu cara kamu melihat manusia, sepertinya aku mau berhenti jadi manusia aja deh..
Kekekekkeke...
Terlalu sinis kamu.. :)
Emang ini aku nulisnya pas lagi emosional sama seseorang bro...Yah, daripada gw caci maki ngga jelas, manding nulis. One of the painkillers i have :)
Terkadang saat-saat yang tidak mengenakkan bagi 'diri' adalah stimulan yang baik bagi terciptanya suatu kreatifitas maupun aksi penghancuran...
Bahkan, seringnya kedua tindakan tersebut sulit dibedakan..
Seperti yang terjadi pada Hitler ketika Jerman mengalami tekanan pasca PD I. Keadaan ekonomi Jerman saat itu menjadi stimulan bagi-nya untuk menggagas sebuah konsep tentang kebangkitan Jerman, dengan cara melakukan penguasaan daratan eropa..
Terjadilah Perang Dunia II....
T-T
*ngerjap2in mata*
Wah..pengetahuanmu hebat..Aku aja ngga tau ;p
Kamu ngeledek ya?
Eh serius...sapa yang ngeledek?
Kalau ada orang yang aku kagumin dan bisa aku ajak ngobrol banyak..itu adalah orang yg pengetahuannya luas, cerdas, enak diajak ngobrol & humoris.
Seharusnya seneng lho pengetahuanmu termasuk luas :)
Mmm...
Pengetahuan/Kekuasaan my dear, yang dapat diterjemahkan begini:
Pengetahuan adalah Kekuasaan
atau
Kekuasaan adalah Pengetahuan
Bagaimana pengetahuan bisa berubah wujud menjadi kekuasaan?
Prosesnya disebut ideologisasi, yaitu dengan cara pembentukan opini atau menggunakan kekerasan sehingga tercipta kesepakatan bersama bahwa suatu pengetahuan atau sekumpulan pengetahuan adalah berisikan kebenaran yang hakiki..
Beberapa saat setelah itu pengetahuan tersebut mempunyai kekuatan untuk memaksa..
Seperti yang terjadi pada Pancasila ketika Orde Baru, kamu ingatkan?
Jadi..
Menurut kamu, lebih baik tahu atau tidak tahu atau tempe? :P
Tetep...Lebih baik kamu tahu
Masalah apakah kebenaran dalam sebuah pengetahuan itu menjadi alat pemaksaan atau pembentukan opini secara paksa itu tergantung individu masing-masing. Knowing still better that not-knowing (subjective opinion of mine) ;p
Mmm...
Kalau begitu pertanyaannya mungkin begini:
Bagaimana caranya supaya pengetahuan itu dapat dibersihkan dari unsur kekuasan?
Biarkanlah pengetahuan itu selalu dapat dimiliki dan dimanfaatkan oleh siapa saja... Netralisasi mungkin?
Kamu punya jawabannya?
Seandainya pengetahuan&pendidikan itu gratis bang..
Sayangnya makin kesini pendidikan justru semakin menjadi "barang eksklusif"
Yah..Negara payah gini..Mo ngarep apa?
Susah juga kalau gratis Non.., pemerintah mungkin tidak punya kemampuan membiayai dan juga dapat membuat rakyatnya menjadi manja...
Namun untuk masalah "barang eksklusif", aku rasa hal ini memang disengaja, sehingga hanya kelas menengah saja yang dapat mengakses pendidikan.
Sedangkan kelas bawah dengan ketidak mampuannya mengakses akan terus berada dalam zaman kegelapan...
Untuk masalah negara payah, muncul satu pertanyaan, siapakah negara itu?, atau apa kah negara itu?
Seringnya orang menggunakan istilah negara untuk mengacu pada institusi eksekutif dan birokrasi..
Kalau menurut aku, hal ini berakibat fatal, yaitu rakyat yang merupakan bagian terbesar dalam suatu negara seolah-olah bukan bagian yang menentukan dalam kelangsungan negara tersebut..
Sehingga banyak yang hanya menunggu perubahan yang dilakukan oleh pemerintah tanpa mengusahakan sendiri perubahan tersebut, singkatnya menunggu dalam kePASRAHan!
Menurut kamu?
Lho..kalo menurutku "kepasrahan" rakyat yang mengisi sebagian besar kepulauan Indonesia ini justru karena efek jangka panjang dari "brainwashed"nya pemerintah Orde Baru yg "dari luar" memanjakan rakyatnya..Padahal mereka sebenarnya sedang mencuci otak rakyat bahwa pemerintah yang menjalani negara, bekerja dan sebagainya (padahal dalemnya mereka ngumpulin harta sebanyak2nya,,,ninggalin borok negara segitu besarnya ke rakyat)..Sedangkan rakyat diminta diam, menunggu dalam pasrah, tinggal nyodorin tangan minta hasil..
Sekarang liat deh...
Banyak sih yang treak2 soal perubahan, revolusi, tapi apa?Buntut2nya juga mereka minta "tindak cepat pemerintah", "perbaikan parlemen", "turunkan ini..ganti si itu", "presiden ini ga becus..ganti aja sama yang ini"
Jatuhnya mereka cuma menuntut..itu smua karena mereka udah biasa "diservis" sama pemerintah Orde Baru..
Jadi...harus nyalahin sapa? Pemerintah Orde Baru atau rakyat?
Atau salah dua-duanya?
Kamu terpancing emosi ya? :)
Apakah adil dengan menumpahkan semua kesalahan pada sesuatu yang namanya Orde Baru?
:D Aduh maap maap...Lagi PMS sih,hehehe...Ditambah masalah2 bertubi2 dateng ke aku..Jadi hawanya emang cepet panas :p
:)
Post a Comment