i've watched the movie "V For Vendetta" on thursday nite..my coclusion?it's sooo COOL!!Two thumbs way up! i dunno,suddenly i fell in love with the character "V" in this movie. He's so brave, smart and DARK (which i love the most ^-^)
Haven't seen it yet? ooh..man you have so much to lose. u'd better watch it ;p
ReSeNSi:
KapanLagi.com - Siapa bilang kalau film action tidak bisa mengajak penontonnya untuk berpikir? Kalau Anda ingin melihat aksi "dar-der-dor" yang juga kental dengan nuansa filosofis di balik ceritanya, cobalah simak film yang diangkat dari komik tahun 80-an karya Alan Moore dan David Lloyd ini.
"V for Vendetta" yang berdurasi 2 jam lebih, akan membawa Anda berpikir lebih dalam tentang arti sebuah kemerdekaan berbangsa dan bernegara. Tapi jangan keburu menyimpulkan bahwa film ini akan membuat kening berkerut. Kepiawaian sutradara James McTeigue dan penulis naskah Wachowski Brothers (yang berkolaborasi dalam "Matrix Trilogy") akan membuat Anda semakin penasaran mengikuti setiap plot ceritanya.
Kisahnya diawali oleh insiden "Konspirasi Bubuk Mesiu" yang dipelopori oleh Guy Fawkes pada tanggal 5 November 1605. Pada saat itu, Fawkes yang kecewa pada pemerintah Inggris berniat untuk meledakkan gedung parlemen. Namun, upayanya itu gagal total.
Cerita langsung melompat ke masa depan, dimana Inggris saat itu diperintah seorang kanselir "fasis" bernama Adam Sutler (John Hurt). Ia berkuasa setelah situasi kenegaraan di Inggris kacau balau akibat serangan senjata biologis. Dengan politik tangan besinya, kanselir Sutler membunuhi setiap orang yang dianggap "musuh" negara karena menyimpang dari pandangan politiknya. Evey (Natalie Portman) turut menjadi korban dari insiden berdarah itu. Kedua orang tuanya tewas mengenaskan sebagai sasaran pemusnahan massal oleh pemerintah.
Meski dendam, Evey yang seorang profesional muda, tak bisa berbuat apapun dan memilih pasrah pada keputusan penguasa. Ia pun diperlakukan secara keji oleh negara. Hingga suatu ketika, datanglah orang berjubah hitam yang bersenjatakan pisau dan mengenakan topeng (Hugo Weaving). Pria berinisial V itu menyelamatkan nyawa Evey dari kebakaran hebat di pengadilan kriminal London, Old Baley.
V yang tampil sebagai pembela kaum tertindas, melakukan serangkaian aksi perlawanan kepada penguasa yang dianggapnya sudah melakukan penganiayaan terhadap rakyat. Kanselir Sutler pun tak tinggal diam. Ia mengerahkan seluruh personil keamanan untuk memburu V dan Evey. Seorang petugas kepolisian bernama Finch (Stephen Rea) dan rekannya, Dominic (Rupert Graves) bahu-membahu dalam membongkar identitas V dan menyingkap tabir rahasia negara yang selama ini disembunyikan dari publik.
Perlahan tapi pasti, Evey mulai mengetahui latar belakang V yang misterius. Tapi Evey juga menemukan kebenaran tentang dirinya sendiri. Mereka akhirnya bersekutu untuk membawa kebebasan dan keadilan di tengah masyarakat yang diselimuti oleh kekejaman dan korupsi. Akibatnya, aksi pemberontakan merebak di seantero negeri, seiring janji V untuk meledakkan gedung parlemen Inggris, meneruskan cita-cita Guy Fawkes yang sempat kandas.
Dengan alur penceritaan yang memikat, serta didukung efek visual yang tak kalah canggih, Anda akan terbawa pada sebuah cerita aksi laga yang berbobot serta mengundang pemikiran kritis. Seperti apa yang membedakan tindakan "revolusi" dan "terorisme", sebagaimana perlawananan antara konsepsi "demokrasi", "fasisme", serta "anarkisme". Film ini seakan menjadi refleksi dari pergulatan politik internasional yang kini sedang memanas di seluruh dunia.